Berbagai media Indonesia telah membahas masalah kesurupan. Memang kesurupan
merupakan sesuatu yang sudah lazim terjadi di Indonesia. Meski hal ini
sering dikait-kaitkan dengan sesuatu yang mistis, namun ternyata
beberapa ahli memiliki pendapat lain dari sudut pandang ilmu
pengetahuan.
Dalam bahasa Inggris kesurupan disebut trance atau demonic (spirits)
possession adalah suatu masalah kejiwaan seperti Dissociative Identity
Disorder,schizophrenia, epilepsi, Tourette's Syndrome, mania, histeria,
psychosis dan aneka masalah kejiwaan yang lainnya.
Kabar dari Merdeka.com menjelaskan jika, Susan Blackmore, seorang
psikolog mengungkap jika, orang-orang yang hidup di pada lingkungan
religius akan lebih mudah mengait-ngaitkan hal tersebut dengan
keberadaan makhluk halus atau kekuatan tak kasat mata.
Blackmore bahkan memiliki bukti tentang kesurupan yang ternyata bukan
dikarenakan oleh makhluk halus, melainkan karena akibat psikis. Dari
permasalahan psikis tersebut dapat dipecah-pecah menjadi banyak kajian
contohnya, faktor kelelahan, tekanan pikiran, trauma dan banyak lagi.
Akan tetapi, rekan sejawat Blackmore, William J. Baldwin, Ph.D
mengnalisa bahwa ada perbedaan antara Dissociative Identity Disorder
(DID) yang selalu dikait-kaitkan dengan kesurupan dan Spirit Possession
Disorder (SPD). Menurut Baldwin, DID lebih ke permasalahan atau trauma
yang dialami pada masa kecil seseorang dan SPD adalah seputar makhluk
halus.
Baldwin pada bukunya pernah menjelaskan jika keberadaan makhluk halus
sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan upaya pengusirannya yang biasa
disebut exorcist juga sudah dilakukan puluhan tahun lalu.
Selanjutnya, Merdeka.com juga menerangkan seorang peneliti dari
Happy Science mengatakan jika makhluk halus itu memang ada. Dikarenakan
makhluk halus tersebut hanya mengetahui seperti apa yang mereka rasakan
ketika masih hidup dan mereka masih memiliki keinginan seperti manusia
pada umumnya, seperti makanan, uang, kekuatan atau juga seks, maka
makhluk ini menguasai tubuh manusia yang memiliki kesamaan gelombang
otak dan emosinya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sampai sekarang, hal ini memang masih menjadi rancangan pro dan kontra.
Meski semua sama memiliki bukti yang kuat, tapi kepercayaan tentu masih
ada pada pelakunya.